Kerja Harus Kompak

Kota Tegal merupakan salah satu kota yang terkenal di Indonesia. Jika menyebut nama Tegal asumsi pertama orang dalam pikirannya adalah bahasanya yang ngapak. Tetapi beberapa hari terakhir ini Kota Tegal terkenal bukan karena bahasanya yang ngapak. Melainkan karena selain  pada tanggal 12 April merayakan hari ulang tahunnya yang ke 435, ada hal yang unik dalam perayaan hari ulang tahun Kota Tegal saat ini. Ada beberapa warga yang menyambut pesta hari ulang tahun dengan berdemonstrasi. ketidak kompakan antara Wali Kota dan Wakil wali Kota merupakan salah satu alasan warga berdemonstrasi. Kekompakan menjadi hal yang penting untuk mengurangi rasa ketidak percayaan warga terhadap kepemimpinan Mashita dan Nur Sholeh.
 Kompak, merupakan kata-kata yang sering diucapkan namun sulit untuk dilaksanakan. Dalam KBBI, kompak secara terminologis diartikan sebagai bersatu padu (dalam menanggapi atau menghadapi suatu perkara). Secara istilah, tiap orang memiliki pandangan masing-masing dalam memaknai kekompakan. Menurut Titta M. Habibi kekompakan adalah kebersamaan dalam suatu kegiatan atau pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Dari definisi tersebut unsur dari sebuah kekompakan, yaitu adanya visi dan misi yang jelas, adanya kesanggupan dan kemauan untuk menjalankan visi dan misi.
            Saya setuju dengan statment Gubernur Jawa Tengah bahwa wali kota dan wakil wali kota harus segera bersatu dan kompak menyelesaikan persoalan yang terjadi. Sebab persoalan yang terjadi akan berdampak pada pelayanan publik (Suara Merdeka, 14 April 2015, hlm,26).  Ketika pelayanan publik terkendala maka masyarakat tentu akan bertanya-tanya sanggupkah pasangan wali kota dan wakil wali kota mewujudkan Kota Tegal yang sejahtera dan bermartabat berbasis pelayanan prima?.
            Kiranya yang dapat menjawab pertanyaan tersebut adalah wali kota dan wakil wali kota itu sendiri. Bolehlah orang dari  daerah lain mengaggap bahasa Tegal sebagai bahasa yang lucu, tetapi pemerintah kota Tegal seyogyanya harus memiliki integritas jika tidak mau dianggap ikutan lucu karena ketidak kompakan ini. Ketidakkompakan ini tidak boleh dibiarkan  terus berlarut-larut.
            Alangkah lebih bijak apabila wali kota dan wakil wali kota Tegal berefleksi, mengingat kembali alasan kenapa memutuskan untuk berpasangan. Selanjutnya mengingat kembali masa-masa romantisme saat kampanye dulu. Kemudian antara wali kota dan wakil wali kota saling berintropeksi diri dan kembali memperbaiki pola komunikasi, agar komunikasi terjalin dengan baik. Komunikasi yang baik tentu akan membuat saling mengerti. Sudah saatnya wali kota dan wakil wali kota Tegal membuang jauh sifat egois demi kemajuan kota Tegal.
            Masa bakti sebagai wali kota dan wakil wali kota hanyalah sebentar. Maka manfaatkanlah waktu sebentar itu untuk membuat kesan yang baik bagi warga kota Tegal. Karena hidup butuh prestasi, bukan sekedar menunggu mati. Akhirnya, Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang. Kami warga kota Tegal sangat berharap agar wali kota dan wakil wali kota Tegal kembali kompak kemudian berhasil mewujudkan visi misi yang telah dirajut bersama. (ini adalah tulisan versi aslinya; tulisan ini dimuat di Suara Merdeka pada Kamis, 23 April 2015)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Teknik, Metode, dan Strategi

Soal Iman Kepada Rasul

Mufrodat tentang Makanan dan Minuman