Belajar Optimisme dari Kusrin


Tulisan berikut dimuat dikoran Suara Karya pada Senin, 14 Maret 2016, adapun tulisan mentahnya seperti di bawah ini :

Apa yang ada disekitar kita bisa diambil pelajaran, namun sayangnya seringkali kita tidak menyadari akan hal itu. Selama ini stigma yang berkembang di masyarakat bahwa pelajaran hanya didapatkan di bangku sekolah, sehingga ketika seseorang tidak mampu bersekolah tinggi kemudia ia merasa pesimis dan tidak mampu berbuat banyak hal.  Padahal sejatinya alam semesta ini adalah sekolah, kita bisa mengambil banyak pelajaran di dalamnya jika kita mau jeli dan mempunyai sifat optimis. Lantas apakah optimis itu?
Menurut Mario Febian dalam bukunya “Terbanglah, Raih Mimpimu!”, Optimis adalah manifetasi dari keyakinan dan kepercayaan akan kemampuan diri menghadapi sesuatu, mengatasi, memperjuangkan, serta mencapainya. Optimisme mampu memantapkan langkah, membulatkan tekad, dan membuat seseorang merasakan kepastian hidup, meskipun hidup itu sendiri sejatinya tidak pernah pasti.
Belajar dari Kusrin
            Jika kita sering menonton televisi, tentu sering mendapati ada salah satu iklan yang menayangkan seseorang yang hanya lulusan SD namun mampu merakit televisi. Bukan itu saja orang yang hanya lulusan SD itu juga sanggup memberdayakan orang-orang disekitarnya untuk menjadi karyawannya. Yah, Pria bernama lengkap Muhammad Kusrin asal Dusun Jatikuwung, Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah bisa kita tiru semangat optimismenya.
            Walaupun Cuma lulusan SD, ia tidak menyerah dengan keadaan. Ia justru coba-coba membuat televisi dari komponen yang berasal dari barang bekas pakai seperti tabung komputer. Hasil kutak-kutik pria lulusan SD ini ternyata menghasilkan produk televisi yang tidak kalah bagusnya dengan televisi terkenal. Selain bisa kita tiru semangat optimismenya, fenomena Kusrin juga bisa jadikan sebagai tamparan bagi kita yang bersekolah tinggi. Dengan sekolah tinggi tentunya banyak hal yang telah didapat, dan idealnya orang-orang yang bersekolah tinggi sudah sepatutnya menghasilkan karya yang lebih hebat dari Kusrin yang sanggup memberikan manfaat bagi orang banyak sekaligus mampu memberdayakan dan mensejahterakan mereka. Ironis rasanya jika orang yang berpendidikan tinggi namun tidak mau memberikan sumbangsih positif bagi orang banyak. Inovasi, Solusi, dan karya orang yang berpendidikan tinggi sangat diharapkan dan dinanti oleh masyarakat kita ditengah banyaknya problematika yang mendera.
Tanpa kita sadari, seringkali kita sibuk mencari alasan dan larut dalam keluhan ketika menghadapi kenyataan hidup. Sehingga bukannya menjadi pribadi yang produktif berkarya, berinovasi, dan mencari solusi atas problematika hidup, justru malah menjadi pribadi yang kontraproduktif. Ada sebuah adagium yang bisa kita jadikan pengingat ketika diri merasa pesimis dan putus asa. Adagium tersebut berbunyi “Orang sukses menghasilkan karya, Orang gagal menghasilkan seribu macam alasan atas kegagalannya”. Hal penting yang selalu harus kita ingat adalah mencari-cari alasan atas kehidupan tidak akan mengubah apapun.
 Satu-satunya yang dapat mengubah hidup kita adalah kemauan untuk bangkit dan melakukan sesuatu yang berbeda. Sebab  setiap orang bisa membuat alasan atas kegagalan dan kekurangan yang dimilikinya. Maka mari kita menjadi pribadi yang mengakui bahwa memiliki kekurangan, tetapi kekurangan tersebut bukan dijadikan alasan atau penghambat untuk terus maju, berinovasi, berkarya, dan memberikan sumbangsih positif untuk bangsa ini.

Akhirnya, Sekuat apapun kondisi fisik seseorang, jika memiliki sikap pesimis dan mudah menyerah, maka tak akan ada kesuksesan yang dapat diraihnya. Sebaliknya, selemah apapun kondisi fisik seseorang, namun jika ia memiliki sikap optimis dan pantang menyerah, kesuksesan bukan hal mustahil bisa ia raih. Semoga bangsa ini menjadi bangsa yang senantiasa optimis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Teknik, Metode, dan Strategi

Soal Iman Kepada Rasul

Mufrodat tentang Makanan dan Minuman