Era Selfie, Berkah atau Musibah?

Tulisan berikut ini dimuat di Koran Rakyat Jateng pada Senin, 21 Desember 2015, adapun tulisan mentahnya seperti di bawah :


Munculnya smartphone dengan kamera depan menciptakan kebiasaan baru bagi masyarakat kita. Kebiasaan baru tersebut bernama selfie atau memotret diri sendiri. Kemudahan akses internet dan menjamurnya media sosial menjadikan kebiasaan ini kian cepat menyebar. Bahkan semua kalangan seperti terhanyut oleh asyiknya berselfie ria. Dari anak-anak sampai orang dewasa memotret diri sendiri dengan aneka gaya. Disadari atau tidak era saat ini layak kita sebut sebagai era selfie.
Naik daunnya selfie ini telah berhasil membuat sesuatu yang awalnya biasa saja menjadi cukup populer. Kita tentu masih ingat dengan fenomena populernya bunga amarilis. Siapa sangka bunga amaryllis yang awalnya tidak banyak orang yang tahu, tetapi setelah seseorang mengunggah foto dirinya dengan background bunga amaryllis, mendadak masyarakat pun tertarik untuk mengunjunginya. Mengunjungi bunga amaryllis seperti wisata tersendiri bagi masyarakat.
Jika dulu berfoto merupakan pelengkap dari berwisata, kini seakan kebiasaan tersebut telah bergeser. Rasanya kurang lengkap bila berwisata tanpa berfoto-foto. Hal ini bisa menjadi keuntungan tersendiri bagi Dinas Pariwisata dan tentu saja Dinas Pariwisata perlu memberi perhatian yang lebih. Dinas Pariwisata perlu menata, merawat, dan mempercantik setiap tempat pariwisata, sehingga tidak sepi pengunjung. Tempat pariwisata yang menarik, nyaman, dan terawat tentu saja akan membuat wisatawan ketagihan untuk terus berkunjung. Bahkan Dinas Pariwisata tidak perlu mengiklankan tempat wisata, sebab dengan sendirinya wisatawan akan berselfie dan mengunggah foto di tempat pariwisata yang mengasyikan tersebut. Dan membuat yang lain penasaran serta ingin mengunjunginya.
Tanggung jawab merawat tempat pariwisata pun bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Pariwisata. Tetapi wisatawan pun demikian, jangan sampai setelah kita asyik berselfie justru kemudian merusak tempat pariwisata itu sendiri. Kebiasaan tertib harus senantiasa dijaga, misalnya jika berwisata di taman yang penuh dengan bunga, kita tidak boleh seenaknya memetik bunga. Selain itu juga tidak membuang sampah secara sembarangan. Mengapa sedemikian penting sampai penulis harus mengingatkan.
Sebab biasanya selfie bisa memunculkan keegoisan tersendiri. Meminjam istilahnya Prie GS (Budayawan asal Semarang), kini keramahan lebih banyak menuju kamera ketimbang manusia. Semua orang pada galibnya memiliki unsur supermen dalam dirinya. Sudah tahu berwajah pas-pasan masih saja selfie. Itulah rasa super.
Oleh karena itu, kita perlu bijak dalam berselfie. Karena alih-alih ingin mendapat foto yang bagus bisa jadi berujung pada musibah. Seperti yang dialami bocah SD yang tewas tenggelam karena terpleset dan terbawa arus ketika akan selfie (Rakyat Jateng, Kamis, 17 Desember 2015). Akhirnya, Era selfie ini akan membawa pada keberkahan ataupun musibah semua bergantung pada diri kita sendiri masing-masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Teknik, Metode, dan Strategi

Soal Iman Kepada Rasul

Mufrodat tentang Makanan dan Minuman