Tangkal Hoaks Menjadi Tanggung Jawab Bersama
Perkembangan teknologi diikuti pula dengan perkembangan arus
informasi yang begitu deras. Dahulu sumber informasi begitu terbatas dan sedikit,
chanel Televisi dan Radio tidak sebanyak hari ini sehingga kesimpangsiuran informasi belum begitu mudah
untuk ditemui. Selain itu bila dirasa informasi yang kita terima dari televisi
dan radio kurang lengkap maka kita bisa menambah melalui membaca media cetak,
baik itu koran maupun majalah.
Berkaca pada saat ini, Televisi, Radio, Koran dan Majalah tidak
lagi menjadi sumber informasi utama yang
digunakan oleh masyarakat. Gaya hidup yang serba cepat serta serba mudah
diakses menyebabkan masyarakat kita mulai melirik berita online sebagai bahan
dalam memperoleh informasi. Berita online dilirik oleh masyarakat sebab berita
terintegrasi dengan media sosial yang biasa digunakan. Hal ini pun dimanfaatkan
beberapa pihak untuk membuat berita-berita yang tidak benar atau istilahnya
yang sering kita sebut sebagai hoax.
Gelaran pemilu yang dalam waktu dekat akan dilaksanakan pun
akhirnya berbanding lurus dengan massifnya hoax. Ada beberapa hoax yang memang
bertujuan untuk mendiskreditkan partai tertentu ataupun calon pemimpin
tertentu. Sejatinya partai tertentu
ataupun calon tertentu tidak perlu takut tidak terpilih karena adanya berita
hoax ini. Sebab kita patut berpikir secara jernih, sejatinya kenapa berita hoax
begitu mudah tersiar? Tanggung jawab siapakah menangkal hoax?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut sejatinya kita perlu
berefleksi, akhir-akhir ini perang terhadap hoax terkesan begitu gencar, bahkan
di setiap forum mulai ramai deklarasi-deklarasi anti hoax. Pelaku produsen hoax
pun satu persatu mulai ditangkap. Tetapi nyatanya, hal tersebut tidak
mengurangi jumlah hoax. Oleh karena itu, bisa jadi munculnya hoax merupakan
ekspresi kekecewaan rakyat kepada banyaknya jumlah janji kampanye yang tidak
ditepati. Maka sudah menjadi konsekuensi logis agar calon dalam pemilu ini agar
tidak muluk-muluk dalam berjanji, buatlah janji yang realistis.
Menangkal hoax
sejatinya menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya pemerintah saja. Deklarasi
anti hoax memang langkah yang bagus, tapi akan lebih bijaksana lagi jika
pemerintah mulai memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Bisa jadi ada rakyat
yang memilih profesi penyebar hoax karena disebabkan kurang sejahtera. Sudah
menjadi tanggung jawab pihak berwenang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan menciptakan kesejahteraan secara
umum. Akhirnya, sebagai orang yang beriman kepada Tuhan mari kita sebarkan pesan-pesan
kebaikkan. Lebih baik menyalakan lilin ketimbang mengutuk kegelapan. Lebih baik
mengeshare artikel-artikel yang bermanfaat, ketimbang mengeshare berita-berita
yang tidak jelas dan nilai kebenarannya tidak ada. (Tulisan Mentah yang dimuat di Media Indonesia, Jumat, 23 Maret 2018)
Komentar
Posting Komentar